Home » » Jenis Persalinan

Jenis Persalinan

| 8:47 AM

2.2.5.3  Penatalaksanaan Pada Persalinan Lama 

1. Penatalaksanaan persalinan lama menurut (Depkes, 2007).
a. Seksio sesar pada panggul sempit, makrosomia, letak lintang, atau disproparsi fetopelvik.
b. Koreksi yang kemudian dilanjutkan dengan akselerasi kala 2 (ekstraksi vakum atau cunam) atau seksio sesar pada kasus malpresentasi atau asinklitismus.
c. Maneuver skrup atau penekanan bahu secara eksternal untuk distosia bahu.
d. Pacu kontraksi apabila inersia uteri bukan disebabkan oleh disproparsi.
e. Rehidasi adan pemberian kalori untuk restorasi ibu yang mengalami kelelahan 

2.  Tindakan suportif
a. Selama persalinan, semangat pasien harus didukung. Kita harus membesarkan hatinya dan menghindari kata-kata yang dapat menimbulkan kekhawatiran dalam diri pasien.

b. Intake cairan setidaknya 2.500 ml perhari. Pada semua partus lama, intake cairan sebanyak ini dipertahankan melalui pemberian infus cairan glukosa. Dehidrasi dengan tanda adanya aceton dalam urine, harus dicegah.

c. Makanan yang dimakan dalam proses persalinan tidak akan tercerna dengan baik. Makanan ini akan tertinggal dalam lambung sehingga menimbulkan bahaya muntah dan aspirasi. Karena itu, pada persalinan yang berlangsung lama dipasang infus untuk pemberian kalori.
d. Pengosongan kandung kemih dan usus harus memadai. Kandung kemih dan rektum yang penuh bisa saja menimbulkan perasaan tidak enak dan merintangi kemajuan persalinan tetapi juga menyebabkan organ tersebut lebih mudah cedera disbanding dalam keadaan kosong.

e. Meskipun wanita yang berada dalam proses persalinan harus diistirahatkan dengan pemberian sedative dan rasa nyerinya diredakan dengan pemberian analgetik, namun semua preparat ini harus digunakan dengan bijaksana. Narcosis dalam jumlah yang berlebihan dapat mengganggu kontraksi dan membahayakan bayinya.

f. Pemeriksaan rektal atau vaginal harus dikerjakan dengan frekuaensi sekecil mungkin. Pemeriksaan ini menyakiti pasien dan meningkatkan resiko infeksi. Setiap tindakan harus dilakukan dengan maksud yang jelas.

g. Apabila hasil-hasil pemeriksaan menunjukan adanya kemjuan dan kelahiran diperkirakan terjadi dalam jangka waktu yang layak serta tidak terdapat gawat janin ataupun ibu, terapi sufortif diberikan dan persalinan dibiarkan berlangsung secara spontan (Hakimi, 2010). 

3.  Fase laten memanjang 
Pertama-tama faktir-faktor mekanis harus disingkirkan. Terapi selanjutnya tergantung pada kondisi cervix.
a. Cervix matang : mendatar, lunak dan pembukaan 2.5 hingga 3.0 cm 
1) Amniotomi 
2) Oxcyticin 

b. Cervix belum matang: terapinya sufortif. Pasien diberikan makanan bergizi, ditenangakan pikirannya dan diberi obat-obatan untuk tidur. Sesudah itu akan terjadi salah satu diantara kemungkinan ini :
1) Persalinan berhenti (menunjukan false labor) dan pasien dipulangkan
2) Pasien akan mengalami persalinan yang efisien dan cervix berdilatasi. 
3) Tipe persalinan yang semula terjadi kembali. Dalam keadaan ini stimulasi dengan oxytosin sering mendorang terjadinya proses persalinan yang baik begitu cervix menjadi matang, ketuban dapat dipecahkan (Hakimi, 2010).
Jenis Persalinan

2.2.6 Vakum Ekstraksi

1. Pengertian
Penggunaan vakum ekstrator (kadang-kadang disebut ventous, ekstrator atau alat Malmstrom) untuk mempercepat persalinan makin populer dalam beberapa tahun terakhir, walaupun cara ini telah diketahui sejak lama. Beberapa Negara lebih memilih vakum ekstrator dibandingkan dengan forceps dengan keyakinan pada penggunaan vakum ekstraktor kejadian morbiditas pada bayi baru lahir, terutama trauma kompresi (crush injury) pada kepala janin lebih sedikit (Depkes, 2007).

Beberapa studi muktahir menunjukkan bahwa vakum ekstrator memiliki lebih banyak keuntungan dibandingkan persalinan dengan forceps, lebih-lebih karena ekstraksi vakum dapat dilakukan sebelum pembukaan serviks lengkap. Namun keberhasilan metode ini juga sangat tergantung pada pelaksanaan yang benara dan kompetensi operator (Depkes, 2007).

Dalam suatu studi yang membandingkan hasil antara ekstraksi forceps dan vakum, diketahui bahwa lebih banyak ibu bersalin di kelompok vakum yang dapat menemukan lebih sedikit ibu bersalin dengan kerusakan spingter ani atau pelebaran luka bagian atas vagina di kelompok vakum yang secara statistik bermakna bila dibandingkan dengan kelompok forceps (Depkes, 2007).

Penggunaan ekstraksi vakum lebih diunggulkan unyuk kasus distosia oksiput posterior dan melintang (transverse arrest). Traksi kulit kepala bayi, dimungkinkan melalui perlengketan kulit – mangkok vakum yang dihasilkan dari aplikasi tekanan negatif. Mangkok logam atau statistic akan memegang kulit kepala sebagai akibat tekanan negatif sehingga menimbulkan kaput artificial. 

Mangkok dihubungkan dengan tuas penarik (yang dipegang oleh penolong persalinan) melalui seutas rantai. Ada 3 gaya yang bekerja pada prosedur ini, yaitu tekanan intrauterin (oleh kontraksi), ekspulsi (tenaga mengedan), dan gaya tarik (ekstraktor vakum) (Depkes, 2007).

2. Indikasi
Kala II lama dengan presentasi belakang kepala / vertex (pemantaun patograf). Biasanya kepala tidal lahir karena lemahnya ekspulsi, inersia uteri dan malposisi (Depkes, 2007).

3. Kontra Indikasi
a. Malpresentasi (dahi, puncak kepala, muka, bokong).
b. Panggul sempit (disproporsi kepala-panggul).

4. Kegagalan ekstraksi vakum
a. Kepala tidak turun setelah 3 kali penarikan atau tidak lahir setelah 30 menit.
b. Tekanan vakum bocor atau tidak berfungsi.
Ekstraksi vakum dihentikan bila kepala tidak turun atau terjadi bradikardhi berat (gawat janin); lakukan seksio sesaria segera, dan sementara bayi belum dilahirkan dilakukan resusitasi intra uterin dengan memposisikan ibu berbaring miring ke satu sisi, oksigen, resusitasi, dan cairan tokolisis (Depkes, 2007).

5. Alur Kerja menurut Abjad dan Penilaian Kinerja pada Prosedur Ekstraksi Vakum
Anestesia
a. adekuat (epidural atau pudendal +N202) 
b. Kesesuaian posisi dan akses

Bladder
a. pastikan kandung kemih kosong

Cervix
a. Pembukaan lengkap, selaput ketuban sudah pecah

Detemine 
a. Posisi, penurunan dan akomodasi panggul sutura sagitalis. Fontanela
anterior dan posterior, raba telinga  penurunan belakang kepala 

Equipment
a. Inspeksi vacuum cup, pompa, selang, dsb.
b. Dukungan anastesia (staf yang adekuat)
Fontanelle
a. Posisi mangkuk pada sutura, anterior dari UUK 
b. Periksa mangkuk, pastikan  tak ada jaringan terjepit

Gentle traction`
a. mulai dengan tekanan 10 cm H2O  diantara kontraksi lakukan tarikan hanya pada saat terjadi kontraksi naikan tekanan menjadi 60 cm H2O . 
b. Bimbing ibu meneran secara benar dan efektif arah traksi sesuai dengan sumbu jalan lahir.

Halt
a. tak maju setelah 3 kali traksi dengan kontraksi adekuat 
b. Vacum terlepas tiga kali 
c. Tak akan secara lahir setelah 30 menit sejak traksi 

Incision 
a. pertimbangan untuk melakukan episiotomi 

Jaw
a. (joing off) lepaskan mangkuk bila dagu bayi lahir 

Setelah bayi lahir, nilai upaya lanjutan untuk:
Asuhan lanjutan bayi
a. asfiksia/ada-tidaknya trauma
Asuhan lanjutan ibu
a. inspeksi laserasi, sphinter atau rectal 
b. Massase uterus/ pemberian oksitison 
c. Menjelaskan hasil prosedur pada ibu 


Share this article :

0 comments:

Post a Comment

Popular Posts

Comment

Random Post

Powered by Blogger.
 
Support : Kebidanan | Bidan | Seputar Kebidanan
Copyright © 2013. Kebidanan - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger